Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resep Bahagia Ala Ippho Santosa

Resep Bahagia Ala Ippho Santosa – Bahagia itu apa ya? Ada yang berkata, “Bukan bahagia yang membuat kamu bersyukur tetapi Bersyukurlah supaya kamu bahagia ....” 
 

Bisnis yang sarat manfaatnya dan positif ekosistemnya, layak diperjuangkan. Walaupun bisnis itu sesekali rugi, pertahankan. Ya, pertahankan. Apalagi kalau ternyata bisnis tersebut untung dan potensinya besar. Harus benar-benar diperjuangkan.

Mas Ippho Santosa menyarankan untuk jangan sekedar berbisnis. Soal halal, itu sih sudah standar. Sebagai tambahan, cari bisnis yang ekosistemnya positif. Di mana lingkungan dalam bisnis itu membuat kita tambah dekat sama keluarga, tambah dekat sama agama, dan tambah peka terhadap sesama.

Indah tho? Insya Allah. Bahagia bisa selalu dekat dengan orang yang kita cintai.

“Bisnis yang hanya bicara soal rupiah adalah bisnis yang murah, bahkan murahan. Kita orang beriman harus berpikir lebih daripada itu. Ada keberkahan. Ada ekosistem yang positif. Ada manfaat yang luas. Kalau sudah begini, insya Allah bisnisnya akan 'menjaga' kita. Selamat dunia akhirat.”

Tulisan di atas mas Ippho Santosa ketik di London. Dia sempat merenung, "Hidup adalah pilihan."Maka, pilih bisnis yang bisa 'menjaga kita'. Kalau belum dapat, yah cari. Proaktif. Jangan diam begitu saja. Siap? Semoga berkah berlimpah.

Rezeki tidak melulu soal uang. Kesehatan, persahabatan, keluarga, nama baik, serta segala sesuatu yang wajib kita syukuri merupakan rezeki. Kesemuanya itu menciptakan bahagia lho. Karena itulah mari kita semua membiasakan bersyukur. Ya, selalu bersyukur dan berhentilah mengeluh. Karena rezeki bukan melulu soal uang. Sungguh, dimensi rezeki itu amatlah luas.

Dilansir dari Lifehack.org, orang sukses jarang mengalami stress di awal pekan meskipun dirinya super sibuk. Kenapa? Orang sukses terlatih mengendalikan dirinya, terutama pikirannya.

Inilah cara-cara orang sukses mengatasi stress untuk hidup bahagia oleh mas Ippho Santosa :

1. Mempersiapkan diri. Orang sukses selalu mempersiapkan segala kebutuhan sebelum memulai sederet aktivitas dan ini merupakan salah satu kunci pembuka keberhasilan. Ya, persiapan yang matang dapat mengurangi stress, terutama menyambut pekerjaan-pekerjaan yang belum tuntas. Sejurus kemudian menjadi sosok yang mampu mengurai hal-hal rumit jadi tuntas dan berkualitas.

2. Doa, sholat, dan meditasi juga diperlukan. Ini salah satu cara ampuh mencegah diri dari berbagai stress saat menyambut pekerjaan di awal pekan. Dengan ini, banyak orang sukses yang merasa dirinya lebih tenang dan lebih ceria.

3. Miliki lingkungan positif. Orang sukses mengelilingi dirinya dengan mereka yang optimis. Ini disebabkan karena pikiran positif bisa menular.

4. Timbulkan rasa ikhlas dan rasa enjoy dalam mengerjakan sesuatu. Bonusnya, kita akan menjadi bahagia karena terhindar dari yang namanya stress.

5. Miliki impian. Buktikan dan tunjukkan kesungguhan itu. Misalnya ketika ada niat untuk umroh. Langsung lakulan dengan, buka rekening khusus (berapapun itu). Nabung secara rutin (berapapun itu). DP ke travel umrah. Bikin paspor. Ikut manasik. Dan seterusnya. Termasuk memperbaiki amal dan sedekah ekstrim. Lakukan apa yang bisa kita lakukan. Sisanya, biar Allah yang membereskan. Mereka yang sungguh-sungguh memantaskan diri, biasanya tak sampai 12 bulan, berangkat juga insya Allah.

6. Jangan berkata sulit. Kesulitan itu cuma sedikit. Ya, cuma sedikit. Coba perhatikan contoh-contoh berikut. Kelaparan, sedikit. Lebih banyak yang cukup dan kenyang. Kemiskinan Cuma , sedikit. Lebih banyak yang cukup dan kaya. Memang benar bahwa kesulitan itu cuma sedikit. Kurang-lebih inilah salah satu pesan dalam Al-Baqarah 155-156. Mas Ippho Santosa menyarankan kita untuk membacanya secara langsung dan membacanya lebih dari satu kali.

7. Jangan mengeluh.

Terkadang ang kita uring-uringan dengan jerawat. Padahal itu cuma 1 atau 2 jerawat saja. Lebih banyak lagi bagian wajah kita yang tidak berjerawat. Terkadang kita uring-uringan dengan nakalnya anak. Padahal itu cuma 5 atau 10 menit saja. Lebih banyak lagi perilaku anak yang tidak nakal. Terkadang kita uring-uringan dengan macetnya jalan raya. Padahal itu cuma 10 persen saja. Lebih banyak lagi ruas jalan yang tidak macet. Terkadang kita mengeluh dengan naiknya harga barang. Padahal itu cuma 5 persen saja dan pada sebagian barang saja. Lebih banyak lagi harga barang yang tidak naik. Betul apa betul? Sayangnya, perhatian kita seringkali lebih tercurah dan tersita pada kesulitan itu, sembari mengabaikan kemudahan-kemudahan yang ada. Bahkan Allah pun berjanji, sekiranya ada kesulitan, pasti ada kemudahan. Guru-guru kita juga mengajarkan, untuk satu pertanyaan ada berbagai macam potensi jawaban. Maka, sudah semestinya kita lebih bersyukur. Mengeluh? Ah, buang sikap mengeluh tersebut.

8. Menghadap dan berharap hanya kepada Allah

Pastilah membuat lelah dan pahit jika berharap kepada manusia. Hal ini pernah disampaikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sebenarnya, jika dunia dijadikan sandaran dan tumpuan, pastilah rasanya nggak karu-karuan. Betul apa betul?

Bilang, "Sudahlah, minta sama Allah saja. Dibalas kok. Kita lalai dan abai saja, Allah masih menolong kita, apalagi kalau kita berusaha memantaskan diri."

Katakanlah Anda pengen sesuatu, karena hasrat duniawi semata. Terus, Anda minta kepada Yang Maha Kuasa. Sebenarnya itu jauh lebih baik.

Seorang istri pengen Avanza, terus dia minta ke Allah dan hanya ke Allah. Itu kan bagus. Berarti dia hanya berharap ke Tuhan-nya. Bukan ke suaminya.

Ingatlah. Seduniawi-duniawi-nya kita meminta, asalkan mintanya kepada Yang Maha Kuasa, tetap saja itu jauh lebih baik. Asalkan, yang diminta sesuatu yang halal.

Anda bekerja? Merasa bahagia?

Diberitakan, pegawai di Asia cenderung kurang bahagia tentang pekerjaan mereka dibandingkan rata-rata global. Salah satu faktor ketidakbahagiaan itu adalah sulitnya berkomunikasi dengan atasan. Perusahaan solusi personalia TinyPulse menemukan, hanya 28 persen pegawai di Asia Pasifik yang dilaporkan merasa bahagia di tempat kerja mereka. Ya, hanya 28 persen. Angka ini kecil sekali.

Pertanyaan berikutnya, benarkah kebahagiaan itu terkait erat dengan materi?

Menurut psikolog Jessamy Hibberd, hal-hal kecil bisa berdampak besar dan membuat hati kita bahagia. Seperti bertemu teman, tertawa, bersyukur, dan berbagi. Inilah hal-hal kecil yang ia sarankan. Tidak harus materi.

Btw, negara mana yang paling berbahagia? Penghargaan terbaru datang dari "The Sustainable Development Solutions Network for the United Nations" yang mengumumkan negara paling bahagia di dunia. Tiga teratas adalah Finlandia, Norwegia, dan Denmark. Selama bertahun-tahun, tiga negara itu selalu masuk dalam lima besar.

Mungkin Anda bertanya, “Bisakah bahagia, sementara kita belum punya apa-apa?” Ternyata bisa. Penjelasan berikut ini sangat penting. Bukan apa-apa, agar Anda dan keluarga Anda bisa bahagia, selalu, tanpa ketergantungan terhadap uang atau apapun. Apalagi bergantung pada pemerintah. Lantas, bagaimana caranya bahagia, padahal kita belum punya apa-apa? Percayalah, ini soal keputusan, bukan soal kepemilikan.

“Saya memutuskan untuk bahagia," Batinkan seperti itu. Sekali lagi percayalah, ini soal keputusan. Kalau Anda menganggap 'punya rumah, baru bisa bahagia' maka anggapan itu cuma bertahan 12 bulan sampai 24 bulan. Nggak lama. Tapi kalau Anda memutuskan untuk bahagia entah punya atau belum punya, maka keputusan itu akan berdampak lebih lama.

Kuncinya, jangan pernah menggantungkan kebahagiaan pada hal-hal yang bersifat eksternal seperti rumah, mobil, dukungan masyarakat, kebijakan pemerintah, dst. Hendaknya digantungkan pada hal-hal yang bersifat internal seperti pikiran, perasaan, dan keputusan.

Posting Komentar untuk "Resep Bahagia Ala Ippho Santosa "