Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kepedulian Sosial Masyarakat, masihkah ada diantara kita?

Kepedulian Sosial Masyarakat, masihkah ada diantara kita? 



Alkisah, seorang Ratu yang bijak hidup bersama dengan raja yang terkenal lalim dan kejam dan raja terbaring sakit menanti ajal, tetapi Aura kerjanya tidak juga memudar. Sang ratu menulis buku (book of of Wisdom) yang diharapkan menjadi tuntunan hidup seluruh penduduk kerajaan titik sang ratu kan bahwa buku tersebut ditulis oleh suaminya. Bagi sang ratu, tidak penting siapa yang menulis, yang penting kitab ini dibaca dan diamalkan oleh seluruh rakyat di negerinya. Ini adalah sikap yang sangat luhur telah diperlihatkan oleh sang ratu, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap eksistensi negerinya.

Pada dasarnya, ketulusan, keluhuran dan kepedulian selalu pada ada dalam diri setiap manusia. Jika ketulusan telah menyentuh, maka tanpa berpikir dua kali seseorang akan mengulurkan tangannya untuk memberikan pertolongan kepada siapaun. Uniknya seringkali sang penolong adalah orang yang tidak disangka-sangka. Mereka adalah orang-orang yang secara ekonomis pas-pasan atau bahkan kekurangan, baik secara fisik jasmani maupun secara ekonomi, bahkan dari strata sosial paling bawah.

Peduli adalah sebuah kata yang sering kita dengar dan kita ucapkan untuk meyakinkan orang lain akan sikap atau perbuatan kita. Para pemimpin, pejabat (legislatif, ekseskutif, yudikatif) di negeri ini (terumata para politikus) seringkali mengungkapkan kata tersebut untuk meraih simpati rakyat. Tetapi, apakah mereka atau kita benar-benar memahami arti kepedulian? Sudahkah kepedulian menjadi karakter setiap diri yang mewarnai kehidupan kita sehari-hari?

Peduli atau kepedulian memiliki spektrum yang luas yang hadir di mana saja kapan saja dan kepada siapa saja. Namun karena luasnya, menjadikan makna peduli menjadi kabur. Hal ini menjadikan kepedulian adalah sesuatu yang langka dan mungkin sudah punah dari hati nurani. Sebelum hal itu benar-benar terjadi kita perlu melakukan upaya-upaya untuk melestarikan kepedulian diantara kita semua. Salah satunya dengan menggali kembali prinsip-prinsip yang memperlihatkan sikap peduli, seperti berikut ini: 

  1. Peduli berarti member perhatian kepada hal-hal kecil yang berdampak besar. 
  2. Peduli berarti berkomunikasi dengan mereka yang disayangi meskipun dialog yang dilakukan tampak tidak berjalan baik. 
  3. Peduli berarti mengerti situasi siapapun yang disayangi, meskipun orang tersebut tidak menyadari situasi yang sedang dihadapinya. 
  4. Peduli berarti melakukan tindakan dengan segera pada kesempatan pertama dan bukan sekedar berkhotbah. 
  5. Peduli berarti memberi kenyamanan terhadap mereka yang disayangi, bahkan pada saat yang paling sulit. 
  6. Peduli berarti kasih sayang dan sabar serta memberi bimbingan kepada orang yang disayangi untuk menemukan dan mencapai tujuannya. 
  7. Peduli berarti berbagi, termasuk untuk hal-hal yang paling berharga sesuai kebutuhan orang yang disayangi. 
  8. Peduli berarti komitmen jangka panjang, bahkan ketika orang yang disayangi sudah tidak ada lagi.
  9. Peduli berarti memaafkan, bahkan untuk hal yang paling menyakitkan demi tujuan yang lebih mulia. 
  10. Peduli berarti percaya terhadap orang yang disayangi, terhadap diri sendiri dan terhadap visi bersama. 
  11. Peduli berarti mensucikan diri dari kepentingan pribadi. 
  12. Peduli berarti mencintai. Cinta memang harus memilih, sekali keputusan dibuat tidak ada dalih untuk berhenti mencintai. 

Bayangkan bila kita dapat menerapkan prinsip-prinsip kepedulian tersebut dalam kehidupan kita, kemudian menginspirasi orang-orang disekitar kita untuk melakukannya. tidak mustahil, bangsa ini akan menjadi bangsa yang tangguh dalam menerapkan dalam segala bidang, ya karena menerapkan prinsip kepedulian. Mari kita songsong tahun 2014 ini dengan bertambah peduli.

Ditulis oleh : Kikie Nurcholik
Sekjen komunitas printing Indonesia
Tayang di kolom Catatan Kaki halaman 6
Pada Majalah Indonesia Print Media Edisi 56 Januari - Februari 2013

Posting Komentar untuk "Kepedulian Sosial Masyarakat, masihkah ada diantara kita?"