Desi Slondok, Memilih Kuliah di Kampus Dosen Jualan
Desi Priharyana (20), lulusan sebuah SMK di Jogja, terbilang pekerja keras. 5 tahun terakhir menjadi sosok inspirasional banyak orang. Di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya, ia ikut bekerja demi membantu biaya sekolah dan kehidupan keluarganya. Desi melakukan pekerjaan apa saja yang penting halal, mulai berjualan slondok hingga menjadi buruh bangunan. Jualan slondok inilah yang mengantarkan menjadi publik figur, jualan slondok ini adalah profesi yang terus dijalaninya hingga hari ini. Setidaknya saat tulisan ini saya buat.
Deslon, demikian ia sering saya sapa, mengaku sudah berjualan slondok sejak di bangku kelas 3 SMP. Sebelumnya, ia pernah beternak bebek, berjualan telor, tahu, dan tempe. Bahkan, pernah menjadi buruh bangunan.
"Asal halal dan tidak merugikan orang lain, pekerjaan apa pun saya lakukan untuk bertahan hidup dan biayai sekolah," ucapnya.
Deslon tidak berlama-lama menjadi peternak bebek dan buruh bangunan karena terbentur dengan jadwal sekolah. Deslon memutuskan menekuni bisnis makanan slondok. Karena modalnya kecil, dan kebetulan memiliki keluarga yang produksi slondok.Per hari rata-rata Deslon mampu menjual 20-30 bungkus slondok. Untuk satu bungkus slondok dijual Rp 10.000.
"Pembelinya ya orang-orang yang ada di pinggir jalan, temannya, kenalannya juga guru-guru serta teman-teman saat sekolah dulu. Satu bulan keuntungan bersih dari jualan slondok bisa sekitar Rp 300.000," kata remaja pria yang kian hari kian tambun badannya ini.
Uang hasil penjualan slondok digunakan untuk biaya hidup sehari-hari dan biaya sekolah adik perempuannya. "Setiap hari, adik selalu saya kasih uang saku Rp 10.000. Ya, untuk uang transpor dan sekadar jajan," katanya.
Sejak ibunya meninggal pada tahun 2000, kini Deslon hidup bersama ayah dan adiknya, Rini Dwi Lestari (15). Dulu, kehidupan keluarga bergantung kepada ayahnya yang bekerja sebagai buruh bangunan. Namun, setelah ibunya meninggal dan tawaran kerja untuk ayahnya berkurang, mau tidak mau sebagai anak pertama Deslon harus ikut membantu perekonomian keluarga.
"Selama hidup, saya tidak pernah meminta apa pun kepada orangtua, kecuali doa restu mereka," katanya.
Tidak hanya sekali dua kali saya bertemu dan bersenda gurau dengan Deslon. Ia sudah saya perlakukan layaknya adik saya sendiri, kadang saya bercanda, saling bully membully, saling menasehati, bahkan kadang saya marahi. Tak jarang pula ia mendebat saya.
Setelah menamatkan pendidikan di bangku SMK, saya bertemu beberapa kali dengan Deslon, setiap bertemu selalu saya tanyakan. "Des, kamu mau kuliah dimana?" Awalnya ia jawab, gak ada rencana kuliah, mau berwirausaha aja katanya.
Ketemuan untuk kedua kali (pasca lulus SMK), kembali saya tanyakan pertanyaan yang sama. Pertemuan ketiga kali juga saya tanyakan, dan selalu saja yang saya dapatkan adalah jawaban yang sama. Hingga pada pertemuan keempat, waktu itu di teras rumah saya. Waktu itu ia datang pagi-pagi pasca hadiri salah satu acara di Wonosari Gunung Kidul, Yogyakarta. Tentu dengan membawa dagangan slondoknya, tak ayal saya tanyakan lagi pertanyaan yang sama.
Kali ini, jawabannya berbeda. "Saya mau kuliah di Kampus Dosen Jualan aja Pak" jawabnya tegas.
Jawaban itu seketika membuat saya diam membisu. Tak ada jawaban keluar dari mulut saya. Hingga Deslon kembali memecah kebisuan saya, dengan pertanyaan "boleh gak pak dosen?". Tentu saya bolehkan.
Setelah melalui proses pendaftaran seperti peserta lainnya dari kota Aceh, Takalar, Makassar, Bogor dan kota lainnya. Kini Deslon tengah mengikuti Kuliah di Kelas Inkubator Jualan Online di Kampus Dosen Jualan Angkatan XXXIII. Deslon bersama tiga belas peserta lainnya, akan belajar ilmu-ilmu jualan online seperti WhatsApp Marketing, Facebook Marketing, Instagram Marketing, Youtube Marketing, Blog dan Website, Market Place Marketing dan masih banyak materi lainnya
Berlangsung selama tiga bulan, kelas ini diperuntukkan untuk siapapun yang ingin serius belajar jualan online. Selama mengikuti kuliah tidak boleh ijin dengan alasan apapun. Masuk tiap hari dari jam 8 pagi hingga 4 sore, dari hari Senin sampai dengan Sabtu.
Semoga Desi Slondok sanggup menyelesaikan kelas ini, sehingga kedepan bisa meng-online-kan slondoknya. Terlebih di hari kedua saya agak kaget mendapat kabar kalo sepulang dari kelas Inkubator, Deslon mengalami kecelekaan lalu lintas. Sepeda yang dikendarainya ditabrak motor dari belakang. Saat ini Deslon dalam taraf pemulihan kesehatan, semoga minggu depan sudah bisa masuk kelas kembali.
Posting Komentar untuk "Desi Slondok, Memilih Kuliah di Kampus Dosen Jualan"
Terima Kasih telah membaca artikel ini, silahkan tinggalkan komentar dan tolong bantu bagikan artikel ini jika bermanfaat buat Anda.