Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berhenti Jadi Bidan demi Jualan Online

Contoh Kewirausahaan; Bidan Ida, Berhenti Jadi Bidan demi Jualan Online. Memiliki pekerjaan tetap serta memiliki anak pasti akan melahirkan konflik batin bagi seorang ibu. Konflik ini juga dihadapi oleh Ida Masruroh (28). Berprofesi sebagai seorang bidan sesungguhnya adalah tugas mulai, karena bertugas menyelematkan dua nyawa sekaligus, nyawa seorang ibu dan seorang anak. Tapi terhadap anak sendiri, kadang seorang bidan tak mampu berbagi waktu. Jam kerja bidan yang mengenal perputaran tiga shift memungkin seorang bidan tidak bertemu dengan anak dan suaminya dalam 1 hari.

Contoh Kewirausahaan; Bidan Ida, Berhenti Jadi Bidan demi Jualan Online

Misalnya pada hari Senin, Ida masuk kerja jam 22.00 -07.00. Sementara suami dan anaknya harus masuk kerja dan sekolah pada jam 07.00 hingga 14.00 pada hari Selasa. Giliran anak dan suami pulang, Ida justru harus masuk kerja pada jam 14.00 – 22.00. Pulang ke rumah sang anak dan suami sudah tidur, lalu besok paginya ketiganya harus masuk kerja dan sekolah lagi pada jam 07.00. “Kalau begini terus, kapan saya berbakti pada suami saya dan kapan saya mendidik anak saya” keluhnya. Akhirnya, pada tahun 2010 Ida memutuskan berhenti bekerja jadi bidan.

Setelah berhenti bekerja, berbekal keahlian menjahit dan pengalaman bisnis sambilan jualan busana muslim selama ini, Ida memutuskan untuk fokus memproduksi mukena sebagai koor bisnisnya. Setelah melihat pangsa pasar mukena yang sangat luas namun banyak pelakunya, Ida memustuskan mengambil ceruk pasar yang belum digarap para kompetitor, yakni mukena kelas mahal dengan menyasar kelompok ekonomi menengah keatas. “Pangsa pasarnya memang kecil, tapi empuk” kelakar ibu dari satu anak ini.

Agar produk mukenanya gampang dikenal dan memiliki kelas sendiri maka Ida lalu mengusung konsep distro dalam setiap produksi mukenanya. Setiap model dan atau motif mukena selalu diproduksi terbatas. Satu mukena paling banyak diproduksi 3 buah, kadang cuma 1 buah. Konsep distro ini kemudian menjadi merk produk mukena ini, maka muncullah logo dan merk resmi MUKENA DISTRO. Mukena distro dibuat dari bahan kain katun kualitas terbaik. Untuk meningkatkan mutu dan tampilan berkelas pada mukenanya, Ida menambahkan tas khusus untuk wadah mukena dengan desain persis seperti tas pesta, tas dengan balutan kain brokat atau beludru. Masih ditambah lagi dengan soft kase sebagai kantong luar untuk tas mukena tadi.

Setelah mampu produksi, Ida kembali dihadapkan pada masalah pemasaran produknya. Jika dilaksanakan dengan model konvensional maka ini beresiko harus meninggalkan keluarga lagi. Sesuatu yang sangat dihindarinya. Agar hal ini terjadi lagi maka Ida memustuskan untuk memasarkan produknya lewat jalur internet marketing. Terutama lewat jejaring sosial facebook. Dengan nama akun FB Mukena Distro, mulailah Ida menjaring calon konsumen dan menawarkan produknya. Hasilnya memasuki tahun kedua, kini Mukena Distro telah mampu raih omzet rata-rata 1,2 juta perhari. Itu dari penjualan Mukena Distro dan beberapa produk pendamping lainnya seperti mukena sutera, mukena santung, mukena parasut, mukena kain tenun hingga pashmina dan jilbab.

“Pengalaman tahun lalu, dibulan puasa omzetnya naik hingga 20%, maka untuk tahun ini kami akan lipatkan produksi hingga 50% karena kami yakin peminat Mukena Distro makin banyak, apalagi saat ini sudah sangat dikenal khalayak” terang ibu asli Jepara – Jawa Tengah ini. Untuk mendukung promosinya, kini mukena distro juga telah membuka jejaring agen, reseller dan distributornya di berbagai kota seperti Jakarta, Denpasar, Semarang, Makassar, Sidenreng Rappang, Sengkang, Pacitan, Kolaka dan Aceh. Selain itu Mukena Distro juga telah hadir lewat Web Site dengan alamat www.mukenadistro.com yang dapat diakses lewat Komputer dan Smart Phone.

Agar mampu bertahan dan bersaing ditengah gencarnya persaingan internet marketing, Ida selalu rajin mencari info dan ilmu baru ke beberapa kolega lainnya. Kini, Ida juga telah bergabung dalam berbagai komunitas Internet Marketing. “Dikomunitas seperti ini tidak hanya tips dan trik internet markeing yang kami dapat, tapi juga tips dan trik bagaimana bekerjasama dengan jasa pengiriman, tehnik packing barang, hingga kadang kita saling berbagi info produk dan bahan baku” jelas Ida.

TIPS JUALAN DI FACEBOOK ALA MUKENA DISTRO

  1. Tentukan dulu, produk Anda akan menyasar kelas menengah kebawah atau menengah ke atas? 
  2. Misalnya produk Anda untuk kelas menengah keatas, maka carilah teman-teman facebook (calon konsumen) dari kota-kota yang daya beli masyarakatnya tinggi. Misalnya, Surabaya, Semarang, Batam, Makassar, Samarinda, dll.
  3. Tawarkan produk Anda sesuai dengan selera konsumen. Misalnya mukena dengan motif cerah dan penuh warna sebaiknya tawarkan ke masyarakat pesisir, bukan ke masyarakat urban yang lebih senang warna lembut dan kalem.
  4. Saat berpromosi hindari penawaran langsung, ada baiknya Anda sebarkan tulisan berupa tips-tips memilih mukena atau merawat mukena lalu diujung tulisan pasanglah link yang diarahkan menuju facebook Anda atau web site produk Anda.
  5. Manfaatkan Facebook, Instagram, Tik Tok, WA dan jejaring sosial lainnya untuk sarana promosi yang selalu diarahkan ke web site Anda.
  6. Bangunlah web site Anda dengan baik dan tepat sehingga dapat dengan mudah ditemukan oleh calon konsumen Anda. Ukurannya, web site Anda harus bisa tampil dihalaman pertama google saat pencarian.
  7. Maksimalkan fasilitas Fan Page / Halaman Facebook sebagai ajang promosi Anda, kalau perlu buatlah “pasar” dengan fasilitas ini.
  8. Selalu gunakan bahasa yang santun dan sopan saat berinteraksi dengan calon konsumen.
  9. Agar penetuan kelas produk dan kota yang disasar untuk jualan dapat terarah dan tepat sasaran selalu manfaatkan fasilitas google trends dan tool riset lainnya
Mukena Distro dapat dihubungi melalui Jalan Tembus Draman - Mutihan, RT.04 Pedukuhan Mutihan No. 99, Mutihan, Jatigrit, Srimartani, Piyungan, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55792, HP 081 578 045 670, 081 327 087 397. www.mukenadistro.com
 

Posting Komentar untuk "Berhenti Jadi Bidan demi Jualan Online"